#cerpenHS
‘Yakin!
Jodoh pasti Bertemu’
Nurhayati Ne_tea
Nurhayati Ne_tea
“Sal,
apa diantara temen sekolah kita ngga ada yang kamu suka?”
Pertanyaan
Elisa membuatku tidak jadi meneguk minuman coklat favorit ku.
“Kamu
tau ceritanya El, dan aku tidak ingin mengulanginya. Lagipula, kisahku mungkin
tidak sama dengan kisahmu dan suamimu, yang berawal di kursi sekolahan dan
berlanjut hingga kursi pelaminan.”
***
Aku dan
Elisa berteman sedari kami disekolah dasar hingga menengah atas. Aku tahu siapa
cinta pertamanya hingga pelabuhan terakhirnya kini. Dana.
Dana,
teman yang baru Aku dan Elisa kenal di SMA. Aku, bahkan Elisa sekalipun tidak
mengira bahwa Dana lah orangnya.
Dana
itu termasuk teman kami yang pecicilan dan ngocol. Sama sekali bukan tipe
Elisa. Tapi yah, itulah rahasia jodoh Sang Maha membolak-balikan hati.
Dan
saat ini rumah tangga mereka telah dimeriahkan dengan kehadiran si kecil Ona,
Monalisa Fitri Hermawan.
…Di SMA
itu, ada sosok yang sangat Aku dan Elisa kagumi. Jagat Satria.
Dia
kakak kelas, pintar, jago main basket, anak rohis pula. Jadi tidak hanya
teman-teman dikelas kami, tapi “se-jagat” sekolah menyukainya. Kalau pakai
bahasa keren sekarang, dia punya ‘fansbase’ cewek-cewek sendiri disekolah.
Termasuk yang diketuai oleh Ratna dan Reva.
Jika
dibandingkan dengan Ratih dan Reva, yang tingkat pengetahuannya diatas
rata-rata tentang sosok Kak Jagat Satria, Aku dan Elisa kalah jauh. Dan Dana
yang satu organisasi dengan Kak Jagat, kami jadikan sebagai informan. Bahkan
nomor telephone Kak Jagat, ku dapat darinya.
Hari
itu, setelah bel istirahat berbunyi, saat kami hampir bersamaan keluar dari
kelas masing-masing, kami dikejutkan dengan pemandangan yang tidak pernah kami
duga akan kami lihat disana.
Jagat
Satria sedang ‘dijemur’ dilapangan. Sedang disampingnya berdiri seorang anak
yang memang sudah terkenal sebagai ‘trouble maker’ disekolah, dan sudah sering
dihukum dilapangan. Yang juga Aku, Elisa, dan Dana, kenal dengan cukup baik.
Prasetyo.
Dan
diantara mereka, berdiri Pak Melson Manurung, guru BP kami.
Kami semua
bertanya-tanya, apa yang terjadi pada Kak Jagat? Tak terkecuali Ratna dan Reva.
Mereka berdua berlari bersama teman-teman yang lain mendekati lapangan agar
bisa mendengar apa yang Pak Melson katakan.
Bagaimana
bisa sampai Kak Jagat berurusan dengan Pak Melson? Aku dan Elisa, menghujamkan
tatapan penuh tanya pada Dana yang berdiri tepat dibelakang kami. Tapi Dana
hanya mengangkat bahu sebagai jawaban tidak tahu.
“Lalu
apa lagi yang dilakukan Tyo kali ini?” tanya Elisa pada Dana, yang lagi-lagi
dijawab dengan mengangkat bahu.
Kami
yang hendak ke kantin berjalan perlahan saat melewati lapangan. Mataku dan Mata
Kak Jagat bertemu, setelah kemudian dia kembali menunduk.
***
“Hei!,
Hallooo? Ngelamun yah?”
Sedetik
kemudian tersadar dari kenangan dimasa SMA dulu, karena sekelebat telapak
tangan mengayun-ayun di depan wajahku.
“Ngga
El, cuma lagi teringat kejadian disekolah dulu”
“Kejadian
yang mana?”
“Saat
Kak Jagat dijemur Pak Melson dilapangan bareng Tyo”
“Oooh,
kejadian yang sampai sekarang, kita ngga tau pasti apa sebabnya”
“Yah”
“Emm..h,”
kulihat si kecil Ona menggeliat di kereta dorong bayinya. Sepertinya dia mulai
terbangun dari tidurnya.
“Assalamu’alaikum”
“Wa’alaikumsalam”
Aku dan Elisa menoleh ke arah suara, yang ternyata adalah Dana.
“Waaah,
Ona bangun karena tau Ayah sudah datang yah sayang” kataku pada si kecil Ona
sambil menjembil pipi bakpaunya, yang dibalas tatapan tajam dari Bundanya.
“Iya
dong tante, Ona kan anak pintarnya Ayah”
“Kamu
terlambat Mas! Katanya setelah menurunkan kami disini, kamu ngga pergi lama.
Tapi sampai tempat ini ramai, kamu baru sampai” protes Elisa pada suaminya.
“Iyah
maaf sayaang. Seperti biasa, jalanan ngga pernah bisa diprediksi.” Dana mencoba
menjelaskan.
Saat
mereka terlibat perbincangan suami-istri, aku kembali menikmati minuman coklat
favorit ku .
“Tadi
sebelum kamu dateng, Salsa sempet ngelamun. Katanya lagi balik ke kenangan masa
SMA dulu. Tepatnya di kejadian dimana Kak Jagat dijemur Pak Melson bareng Tyo,
yang sebabnya masih misterius sampai sekarang.” Cerita Elisa pada suaminya.
“Itu
karena kamu, Sal!”
Fruuhh!
Minuman
coklat yang sedang ku minum menyembur keluar dari mulut sehingga membuatku
terbatuk-batuk. Segera ku pastikan bahwa aku tidak salah dengar.
“Apa
Dan?” tanyaku yang dibarengi tatapan terkejut Elisa pada suaminya.
“Aku
rasa, sekarang sudah saatnya kamu tau Sal”
Dana
mengambil posisi duduk, dan siap bercerita.
“Kejadian
dilapangan itu, dan semua yang terjadi setelah itu, bermula dari kejadian satu
hari sebelumnya. Hari dimana kita menerima Raport dari hasil semester kita.”
***
Betapa
bahagianya aku menerima hasil belajarku di semester ini. Bagaimana tidak? Aku
masuk tiga besar!
“Selamet
yah Sal”
“Iyah, makasih El”
“Iyah, makasih El”
“Makan-makan
lah kita, diteraktir sama yang masuk tiga besar” pinta Tyo dan Dana bersamaan.
“Uuu..uh,
kalian lah yang teraktir. Kan Salsa yang berhasil!” bela Elisa untuk ku
“Yaudah,
setelah ini kan kita udah ngga ada jam pelajaran. Bagaimana kalo kita ke
kantin, abis itu baru kita pulang. Mau? Gue deh yang bayarin!” Ajak Tyo, dan
kita semua berjalan keluar menuju kantin.
Baru
beberapa langkah keluar dari pintu kelas, ada suara memanggil namaku.
“Salsa!”
Itu
suara Kak Jagat. Sambil sedikit berlari dia mendekati kami berempat.
“Selamet
yah.” Katanya setelah berdiri tepat dihadapanku.
“Eh!?
ii..iyah, makasih Kak.” Sambil menggaruk kepala yang tak gatal “Tapi untuk apa
Kak?”
“Kamu
lucu. Udah bilang makasih tapi masih belum tau untuk apa.” Kak Jagat tersenyum,
yang membuatku semakin salah tingkah. “Ini karena kamu dapat peringkat ketiga”
“Waah,
Kak Jagat juga tau?” Elisa yang tiba-tiba bersuara.
“Tentu!”
Kak Jagat menoleh ke arah Elisa untuk menjawabnya.
“Pertahankan,
dan harus ditingkatkan supaya dapat peringkat ke satu” kata Kak Jagat yang
kembali menoleh ke arah ku. Dan melihatku mengangguk gugup.
“Ya
sudah, Kakak duluan yah” belum sempat ku jawab, Kak Jagat sudah melangkah
pergi.
“Gimana
cewek-cewek disini ngga suka sama dia. Udah sopan, pinter, dan baru kali ini
kita bicara sama dia sedeket ini kan Sal? Anak rohis tuh emang beda yah Sal?”
Elisa bisa terus nyerocos, kalau saja Tyo tidak memotongnya dengan bertanya;
“Jadi ngga nih ke kantinnya?”
“Kalian
bertiga aja yah! Aku mau langsung pulang.”
“Kenapa?!
Karena Jagat udah ngucapin selamet ke kamu, kamu udah ngerasa cukup dan ngga
mau ikut?” protes Tyo sambil menarik tanganku.
“Kak
Jagat Tyo! Dan kamu juga ngga boleh maksa aku. Lepasin tanganku, Aku mau
pulang!” dengan susah payah ku menghempaskan tangan Tyo agar genggamannya
terlepas. Dan sebelum Tyo kembali meraih tanganku, Dana menghalanginya.
“Udah-udah. Yo, loe ke kantin bareng gue. Dan biarin Salsa pulang bareng
Elisa.”
Aku dan
Elisa pergi meninggalkan Dana dan Tyo yang masih terlihat emosi.
***
“Sal!?”
“Hah!
Iyah” sekali lagi aku tergagap.
“Intinya
hari itu mereka sama-sama cemburu Sal, akupun baru tau kalau ternyata Kak Jagat
melihat apa yang dilakukan Tyo padamu di depan kelas hari itu. Dilapangan
itulah semua terungkap.
Setelah
dari kantin, aku dan Tyo bertemu Kak Jagat yang masih berlatih basket sendirian
dilapangan. Tyo menghampirinya sambil berkata; “kalau bermain tanpa lawan,
tentu akan mudah menang!” dan Kak Jagat yang merasa tertantang, melemparkan
bola basket itu kepada Tyo. Awalnya permainan itu terlihat biasa, namun tiba-tiba
terlihat seperti ‘persaingan’. Dan aku mulai mendekat ke arah mereka.”
“Loe
ngga usah sok ganteng, dan merasa bisa ngedeketin semua cewek disekolah ini”
Tyo mengatakannya sambil mendorong badan Kak Jagat. Detik itu, Kak Jagat hanya
membalasnya dengan berkata; “Kamu yang seharusnya tidak mendekati, dengan cara
memaksa.”
“Seketika
itu Tyo langsung memukul Kak Jagat, Sal! Aku langsung menjauhkan Tyo dari Kak
Jagat. Tapi justru aku terkejut karena Kak Jagat malah mendekat dan membalas
pukulan Tyo tanpa sempat aku cegah. Akhirnya aku tidak bisa menahan mereka
berdua. Sialnya ternyata Pak Melson belum pulang, dia keluar dari kantornya,
lalu bukan hal sulit baginya untuk menghentikan perkelahian yang terjadi. Dan jika
bukan karena Kak Jagat membelaku, aku pasti akan ikut dijemur dilapangan hari
itu.
Kak Jagat
mengatakan pada Pak Melson bahwa perkelahian itu hanya antara Dia dan Tyo, dan aku
sama-sekali tidak terlibat. Dengan hal itulah Kak Jagat membuatku berjanji
untuk tidak memberi tau apa yang terjadi pada siapapun, terutama padamu, Sal.”
Aku
menjatuhkan badanku ke sandaran kursi, tak menyangka apa yang baru saja ku ketahui.
“Sal,
kamu ngga apa-apa?” tanya Elisa cemas sambil menggenggam tanganku.
“Aku
tidak mungkin baik-baik saja El. Ternyata selama ini, arti dari tatapan sinis Ratih
dan Reva adalah karena, akulah penyebab Kak Jagat dihukum.”
“Sebaiknya
sekarang kami antar kamu pulang Sal. Ayok!” ajak Elisa sambil membantuku
berdiri, dengan Ona digendongan Ayahnya.
Diperjalanan
pulang, Elisa terus berkata “Jangan menyalahkan dirimu Sal. Setidaknya sekarang
kamu tau siapa yang dia bela.” Namun aku sudah tidak lagi memperdulikan apapaun
yang dikatakan Elisa juga Dana yang terus meminta maaf padaku. Aku hanya ingin
segera pulang, dan melihat sebuah barang.
Sampai
rumah aku langsung mencarinya. Handphone.
Handphone
ini satu-satunya barang yang bisa menghubungkan ku dengan Kak Jagat. Dari mulai
percakapan pertama lewat pesan singkat setelah kejadian dilapangan hari itu,
hingga pesan terakhir Kak Jagat dimalam setelah acara perpisahan angkatannya
disekolah yang belum sempat ku jawab.
“Aku
tidak suka cara Tyo memaksanya”. Penjelasan singkat Kak Jagat saat ku tanyakan
kenapa dia berkelahi dengan Tyo. Dan sekarang aku baru tahu siapa yang dia
sebut dengan ‘nya’ saat itu. Aku.
Aku
ingin memberi tahu mu, Kak Jagat; “Handphone ini sudah tidak lagi dapat ku
gunakan karena satu kecerobohan. Dan hanya dihandphone ini nomor mu ku simpan. Lalu
satu tahun yang lalu, nomor yang Kak Jagat tahu, sudah terblokir karena
terlewat mengisi ulang.”
Sebelum
nomor ku terblokir, aku hanya bisa menunggu Kak Jagat menghubungi ku kembali. Namun
setahun yang lalu, satu-satunya harapanku itupun ikut mati.
“Jaga dirimu baik-baik Salsabila Rahayu.”
Pesan terkahir
penuh arti yang kini baru ku mengerti.
“Lagu
Harris J terdengar” handpone yang ku letakan dikasur berdering. Pasti Elisa.
“Sal,
kamu pasti masih memikirkan cerita Mas Dana tadi yah? Maafkan Mas Dana yah Sal.
Dia juga sangat menyesal baru menceritakan semuanya padamu setelah kita semua
sudah tidak bisa lagi menghubunginya.”
“Ngga
apa-apa El, aku juga mengerti karena Dana hanya menepati janji.”
“Tapi
Sal!?”
“Sudahlah,
tidak apa-apa. Sungguh. Dan ini sudah malam, sebaiknya kamu istirahat El,
sampaikan salam ciumku untuk Ona.”
“Kamu
juga harus istirahat Sal. Assalamu’alaikum.”
“Wa’alaikumsalam
El.”
Aku
tahu pasti Elisa sangat khawatir. Tapi aku Yakin! Jodoh pasti Bertemu.
Djakarta,
05 juni 2018.