Senin, 16 Juli 2018

JOHAN



JOHAN
“Bu besanan yuk!” pinta seorang ibu pada ibuku
“Hayyu.” Jawab ibuku segera

Aku hanya menjawab dengan senyum termanisku jika mendengar atau diceritakan percakapan singkat ibuku itu. Aku sendiri tidak pernah ada masalah dengan kata ‘Perjodohan’. Asal, aku dan ‘dia’ sama-sama bersedia. Tapi karna anak laki-laki dari ibu yang mengajak ibuku besanan adalah temanku sendiri. Jadi aku atau dia, hanya tertawa geli kala membicarakan hal tersebut.
***

“Assalamu’alaikum” ucapku sambil membuka pintu rumah. “Wa’alaikum salam” terdengar suara ramai orang menjawab salamku dari balik pintu. Dan begitu pintu rumah ku buka, betapa terkejutnya diriku melihat orang tua serta beberapa sanak keluargaku duduk melingkar diruang tamu bersama dua orang yang wajahnya begitu asing bagiku.
“Ini dia Aya sudah pulang” sambut ibuku. “sudah lihat Joe?” Tanya seorang wanita paruh baya yang justru menambah keterkejutanku. “Hah!?” responku, masih dengan ekspresi wajah bengong. Mereka tertawa kecil melihat wajahku. Dan sebelum aku melakukan tingkah konyol lain yang membuat mereka lebih keras menertawakan, aku bergegas pergi hanya setelah aku selesai mencium tangan semua orang diruangan itu. Dan aku memilih pergi kerumah Om ku yang berada tepat disebelah rumah orang tuaku.
Namun kemudian..,
“Joe, tuh calon loe” tegur seorang pria pada pria disebelahnya yang membelakangi pintu yang ku buka. “siapa lagi mereka?” ucapku dalam hati. Tak lama, pria yang membelakangiku membalik badannya.
….Asing, wajah itu belum pernah ku lihat sebelumnya. Dia menatapku dengan tatapan berbeda. Lalu dia menyamai posisiku yang masih berdiri mematung memegangi daun pintu, Mencoba menghentikan keterkejutanku dengan mengajakku bicara diteras rumah Om ku itu, dengan meninggalkan pria yang lebih dulu memberitahu kehadiranku padanya tadi.
“Aku Johan” katanya sambil mengulurkan tangan setelah kami terduduk didepan teras. Sambil menyambut jabat tangannya aku hendak menyebutkan namaku, “ak.…u”
“Kamu Aya kan?” sekali lagi pria ini membuatku terkejut dengan menyebutkan tepat siapa namaku. “iy….iyah” jawabku dengan sedikit terbata.
Kami terdiam cukup lama setelah itu, sampai dua orang  asing yang berada didalam ruang tamu rumahku keluar dan berpamitan pada keluargaku. Kami berdua tersigap! Kembali berdiri.
Dan terkahir, Joe hanya memberiku senyum penuh arti sambil mengimbangi langkah wanita paruh baya yang membuatku terkejut dengan pertanyaannya diawal pertemuan malam itu. Setelah Joe, dengan yang mungkin adalah orang tuanya pergi, orang tua serta keluargaku yang lain hanya senyum-senyum melihat kearahku tanpa menjelaskan apa yang sebenarnya sedang terjadi.
Keesokan paginya, dengan perasaan riang-gembira ku ceritakan semua yang ku alami semalam pada teman-temanku disekolah. Dan mereka mengambil kesimpulan bahwa ‘aku dilamar’.
“Masa sih?!, coba cubit gue” pintaku pada salah satu teman guna meyakinkan kalau semua ini bukanlah mimpi. “kok ga sakit?” kataku yang tak merasakan cubitan dari temanku itu. Lalu ku cubit-cubit sendiri lenganku sambil berharap merasakan sakitnya. Namun sia-sia!

Sungguh mimpi yang sempurna.
Kenapa?  ….Karna diakhir mimpi itu aku sadar jika aku sedang bermimpi dan enggan mengakuinya.
Johan, nama seorang pria yang belum pernah ku temui didunia nyataku. Di alam mimpiku pun, hanya sekali itu dia hadir. 2008, tahun dimana mimpi itu menjadi bunga tidurku malam itu. Saat itu aku masih duduk di kelas XI IPA Madrasah Aliyah, dan remaja mana yang tak senang jika bisa berjodoh dengan pria setampan Johan walau lewat perjodohan. Saat ini, aku sudah tak bisa sempurna untuk  mengingat rupanya. Tapi, ada tanda diwajahnya yang hingga kini ku ingat dengan baik dimana letaknya dan bentuknya.
Dagu, johan memiliki tahi talat kecil disebelah kirinya. Dan aku yang tak pernah percaya pada apa yang dikatakan kebetulan. Karna semua; hal sekecil apapun telah diatur oleh_NYA.
Aku memiliki tahi lalat didagu yang sama dengan miliknya. Perbedaannya hanya pada letak, miliku berada disebelah kanan. Dan malam itu tahi lalat kami terlihat lurus sejajar karna kami sempat berdiri saling berhadapan.
Dari tahi lalat itu aku seolah mendapat sebuah “klue” yang memungkinkanku untuk bisa mencarinya atau bahkan bisa sampai menemukannya didunia nyataku.

Suatu siang….
Masih berstatus pelajar Madrasah Aliyah tingkatan akhir. Aku dan tiga orang teman sekolah perempuan yang sekaligus menjadi teman kursus bahasa inggrisku hendak pulang setelah kami menyelesaikan kursus hari itu. Dan seperti biasa, kami pulang dengan menggunakan angkutan umum. Setiap perjalanan selalu ada saja pembahasan yang membuat kami ber-empat paling ramai bercerita. Disatu pemberhentian, ada pelajar laki-laki berseragam putih abu-abu manaiki angkot kami. Diawal aku tidak terlalu memperhatikannya karna aku masih asyik bercerita bersama teman-temanku. Sampai pada obrolan kami yang membuatnya ikut tersenyum mendengarnya. Saat itu pula aku mulai melihat kearahnya. Sedikit terdiam, malu, karna merasa terlalu berisik hingga mengusik.
Aku belum percaya dengan apa yang ku lihat dipenglihatan pertamaku. Kembali ku arahkan mataku ke “titik” itu. Dan, “Tahi lalat” itu ada didagunya. Tidak lama setelah aku menyadarinya, dia memberhentikan angkot dan turun lebih dulu. Dan setelah kembali tersadar, betapa lebih terkejutnya aku menyadari dia turun ditempat yang tak asing bagiku. Dia turun ditempat yang sudah tidak jauh lagi dari rumahku, bisa dikatakan dia adalah tetangga desaku.
Aku tidak mengatakan apapun pada teman-temanku saat itu.
Jika sudah lama dia tinggal disana, kemana saja dia selama ini?, dan mengapa pertemuan itu terjadi setelah mimpiku tentang Joe?
Pertanyaan yang belum memiliki jawaban inilah yang menjadikan dua orang pria berbeda yang memiliki “tanda” sama, terkait dalam kehidupanku.
Sejak hari itu sampai saat ini, setiap aku melewati tempat dimana dia turun dari angkutan umum itu, aku selalu berusaha memperhatikan sekitar. Namun tak pernah kudapati lagi sosoknya terlihat disana.
Namun kini aku tidak lagi menghabiskan waktu dengan hanya berharap bisa bertemu atau bahkan untuk bisa mengenal  Johan atau Pria dengan “tanda” sama itu dialam bawah sadar atau didunia nyataku. Karna untuk wanita yang telah berusia 25 tahun, berharap pada pria yang dilihat hanya dalam mimpi atau pada pria tidak dikenal yang diditemui satu kali, walau mereka terlihat sama akan terdengar sangat lucu.
Biarlah pertemuan sekali-sekali ini menjadi pengingat tentang adanya pertemuan sekali seumur hidup dengan pasangan yang telah dipilihkan_NYA untukku. Karna aku sangat meyakini bahwa; tidak ada kisah yang terjadi tanpa kehendak_NYA, termasuk tentang mimpi dan pertemuanku itu.

“Laki-laki yang baik untuk Perempuan yang baik pula, begitupun sebaliknya”
Apa yang akan kamu lakukan jika datang padamu seorang laki-laki yang meminta untuk membuka jilbabmu?
Aku terdiam dengan wajah merah padam mendengar pernyataan itu. Laki-laki ini hanya teman yang datang bertamu kerumahku, dan bahkan laki-laki ini bukanlah teman langsungku. Laki-laki ini hanya satu sekolah dengan sepupuku, dan karna itulah laki-laki ini mengenalku.
Aku tak dengan sengaja menariknya kedalam lingkungan terdekatku. Hanya karna dia, laki-laki yang datang tepat pada waktunya. Diawal kedatangannya kerumah, aku langsung meminta bantuannya untuk bersedia menjadi peran pembantu dalam sekenario “status palsu”.
Malam itu aku mengatakan padanya akan memperkenalkannya pada kakak perempuanku, dan dia bersedia menunggu sampai kakak perempuanku datang. Tak lama menunggu, ku kenalkan ia pada kakak perempuanku. Setelah itu misiku berhasil! Kakakku tidak lagi berusaha mengenalkanku pada teman kerjanya. Karna aku belum bersedia dikenalkan dengan pria yang usianya jauh diatasku, yang bahkan lebih tua dari kakak laki-lakiku. Maka caraku menolaknya dengan mengesankan laki-laki ini sebagai teman terdekatku.
Kisah “status palsu” malam itu juga ku anggap selesai. Namun tak demikian dengan laki-laki itu. Pada pertemuan setelah itulah, permintaan yang cukup lancang darinya terucap.
Ku jadikan permintaan itu sebagai teguran dari_NYA. Dengan sadar sepenuhnya, aku menolaknya! Dan ternyata, penolakanku itulah yang secara otomatis menjauhkannya dariku. Membuat ku tersadar akan sesuatu yang selama ini ku yakini benar; Tidak mudah menjaga sesuatu yang diwajibkan, selama masih mendekatkan diri pada sesuatu yang dilarang. Pacaran. Yah, hubungan yang memungkinkan kearah sana jika diteruskan.

Tulang rusuk ini pasti akan dikembalikan pada pemiliknya suatu saat nanti.
Kapan? Entahlah! Hanya DIA yang tahu pasti. Tugasku hanya terus berupaya menjaga hati guna memperpantas diri.

Karna JOHAN, Jodoh ditangan Tuhan

JOHAN

JOHAN “Bu besanan yuk!” pinta seorang ibu pada ibuku “Hayyu.” Jawab ibuku segera Aku hanya menjawab dengan senyum termanisku j...