Sabtu, 22 Oktober 2016

Dari Santri Untuk Negeri

"Meski bakti mereka pada negeri sering di salah arti, mereka tak pernah berniat menyakiti"

Kalimat yang gagal aku kembangkan karena terbatas pengetahuan dan pengalaman, sehingga sebuah kesempatan harus ku relakan.

Tapi tak apa, akan ku gunakan kesempatan kali ini untuk menulis sedikit cerita anak santri yang ku ketahui dengan pasti.
Tentang tiga orang pejuang yang dengan bangga ku sebut, Adikku.
Sebuah penghargaan di hari perayaan; Hari Santri Nasional.

"Sukarela atau Terpaksa"

Baharuddin, dia si pertama yang dengan sukarela memulai segala. Dari berpisah dengan orang tua hingga saudara.
Dan, baru saja jauh dari keluarga, dia mendapat sebuah luka.
Meski cerita tentang luka ini tak sepenuhnya bisa kami percaya, tak apa! karena luka itu tak mampu menghentikan langkahnya. Dan dia membuktikannya.
Membuktikan bahwa; sekolah yang dianggap banyak orang apa adanya, justru membuatnya mengerti cara berjuang untuk menjadi juara yang sebenarnya. Alhamdulillah.

Ahmad Fauzan, si kedua ini istimewa. Kenapa? Kerena dia bisa dikatakan sukarela sekaligus terpaksa.
Dia anak yang tak banyak pinta. Jadi, apapun yang kami sarankan untuknya, dia tak akan serta merta menolaknya.
Meski saat itu banyak kawan SDnya memilih sekolah umum, dia tidak membantah petuah. Kamipun tidak pernah mendengarnya berkilah di sekolah. Alhamdulillah.
Dia sungguh istimewa, karena selalu sanggup membuat kami kerja ekstra, bahkan hanya untuk membuatnya berkata.

Ahmad Yumni, dan yang ini sungguh paling berbeda. Dia sering menegaskan pada kami bahwa dia terpaksa.
Dia anak yang mudah mengikuti arus. Karena itu sebagai keluarga, kami harus menunjukan jalan yang meski tak mulus, setidaknya tidak akan pernah membuatnya terjerumus.
Dia sering mengajukan syarat agar bisa membuatnya menurut. Dan bukan karena kami takut dia nekat akan minggat, maka kami harus memenuhi tiap syarat. Tidak demikian!
Karena pada dasarnya, dia anak yang penurut. Kami hanya perlu bicara lembut dan memberinya waktu. Setelah itu, dia yang akan lebih dulu menyadari bahwa dia sungguh keliru. Alhamdulillah.



Tetaplah menjadi pejuang yang tak banyak pinta meneruskan titah para ulama meski karena terpaksa.
Karena tiap manusia memang harus "memaksa" diri untuk menemukan kemenangan setelah perjuangan.




- Selamat Hari Santri Nasional -

2 komentar:

  1. Untuk paragraf yg rapat diatas coba dikasih jeda lagi.

    Masih ditemukan paragraf yg rapat kakak.

    Selamat hari santri

    BalasHapus
    Balasan
    1. Di paragraf yg mana kak???
      Biar segera saya perbaiki.

      Hapus

JOHAN

JOHAN “Bu besanan yuk!” pinta seorang ibu pada ibuku “Hayyu.” Jawab ibuku segera Aku hanya menjawab dengan senyum termanisku j...